By. Annisa A
Perkataan “Saya menyerah!” di sini bukanlah perkataan “saya menyerah” yang mungkin kamu pikirkan. Yang menggambarkan suatu kekalahan hidup, yang berakar dari kurangnya rasa percaya bahwa kita masih mampu melanjutkan apa-apa yang sedang kita lakukan, yang sedang kita hadapi.
Menyerah … kepada Tuhan justru merupakan hal yang baik, suatu bentuk pengakuan kepada Tuhan. Ketika kita berkata kepadaNya: “Tuhan, saya tidak mampu lagi menjalankan semuanya dengan cara saya sendiri, saya tidak memiliki jawabannya Tuhan, saya membutuhkan pertolongan.”
Kerapkali manusia merasa memiliki kontrol atas segala sesuatu dalam hidupnya, seringkali Ia memaksakan kehendak, melampaui batas, dan terus menerus merasa bahwa Ia dapat melakukan semuanya sendiri menggunakan kemampuannya sebagai seorang manusia yang sungguh sangat terbatas.
Ia terus menerus mencoba dan bahkan cenderung memaksakan, menyelesaikan semua permasalahan hidupnya dengan caranya sendiri, dengan akal pikirannya sendiri yang seringkali tidak membuahkan hasil.
Maka sudah waktunya kita mengibarkan “bendera putih” kepada Tuhan kita dan berkata:
“Tuhan, saya menyerah… , selama ini saya berpikir bahwa saya memahami rencanaMu hingga saya terus menerus mencoba mencari penyelesaian dari permasalahan menggunakan akal pikiran saya sendiri, tanpa memohon bantuanMu, dengan cara saya sendiri, tanpa adanya konsultasi kepadaMu. Hasilnya adalah kegagalan demi kegagalan akibat keterbatasan saya sebagai manusia, kecenderungan untuk memaksakan penyelesaian yang seringkali tanpa hasil.”
“Pada hari ini, kuserahkan diriku padaMu, agar Engkau dapat memberikan ilham dalam keseharianku sehingga aku dapat lebih bersabar karena sesungguhnya segala sesuatu terjadi atas rencanaMu dan bukan rencanaku, waktuMu dan bukan waktuku. Kesempurnaan hanya terdapat pada Waktu dan PerencanaanMu.”
Ketika kita mengakui pada Tuhan bahwa kita menyerah pada-Nya, kita lalu membuka diri atas petunjukNya. DihadapanNya, kita tidak lagi menutup diri dan merasa mampu, dihadapanNya, kita menyadari betapa kecilnya kita, betapa tidak mampunya kita dibanding kemampuanNya.
Di dalam keterbukaan ini, kita kemudian menerima inspirasi dariNya, yang sudah sering Ia coba sampaikan kepada kita, namun tiada kita dengar karena dihadapanNya kita merasa mampu, membuat kita tertutup untuk belajar dan mendapatkan inspirasi dariNya.
Dengan keterbukaan ini, kita biarkan Tuhan kita, lalu mengisi diri kita, dengan diriNya.
Oleh karena itu, pada hari ini, Menyerahlah kepada Tuhanmu dan perlahan kita serahkan diri kita kepadaNya. Kita biarkan Tuhan menjadi pemegang kendali atas hidup kita.
Sehari demi sehari, atas bantuanNya, kita serahkan hidup kita kepadaNya.
Dengan bantuanNya, dan atas ijinNya, kita dikaruniai keberhasilan.